Kisruh PSSI: Mari Kita Selesaikan Di Lapangan............!!

Kisruh PSSI sepertinya menjadi sinetron bersambung yang tak berujung dalam dagelan sepakbola Indonesia.

Dimulai dari proses "penggantian paksa" terhadap Nurdin Halid (NH) dan kompatriotnya Nugraha Besoes (NB) dari kursi Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal PSSI yang ditandai oleh munculnya perang opini di media antara Nurdin Halid cs versus Menpora, Andy Malaranggeng. Hal tersebut dipicu oleh kerusuhan dalam Kongres PSSI di Pekan Baru, Riau. Setelah peristiwa yang sangat memalukan di Pekan Baru tersebut, kita semua akhirnya mengenal poros kekuatan baru dalam PSSI yang bernama Kelompok 78.

Mereka adalah sekelompok orang yang mengaku memiliki mandat sah dan memiliki hak suara dalam Kongres PSSI tersebut. Perjuangan mulia mereka yang awalnya berniat untuk mereformasi PSSI sangatlah didukung oleh segenap insan sepakbola di negeri ini. 

Tapi sayangnya, niat mulia itu mulai bergeser seiring dengan keengganan mereka mematuhi hasil keputusan final FIFA terkait dengan pencekalan nama Nurdin Halid (NH), Nirwan Bakrie (NDB), George Toisutta (GT), dan Arifin Panigoro (AP) dalam bursa pencalonan Ketua Umum PSSI yang baru. Mereka beralasan seharusnya hanya Nurdin Halid (NH) yang tidak diperbolehkan, sementara nama calon yang lain masih berhak untuk mengikuti seleksi ketum.
Sementara itu diakar rumput kita melihat bergulirnya dua buah Liga, ISL atau Indonesian Super League dan LPI atau Liga Premier Indonesia. ISL yang dikelola PSSI penuh dengan kerusuhan, konspirasi pengaturan skor, dan nihil prestasi. Disaat itulah muncul LPI yang digagas oleh Arifin Panigoro (AP). Semula diharapkan dapat meningkatkan prestasi persepakbolaan kita, tetapi pada kenyataannya kita melihat banyaknya tim-tim baru yang seolah mendapat kemudahan untuk tampil di ajang tersebut. Hal ini memunculkan pertanyaan seputar kualitas LPI.

Pada prinsipnya Sepakbola adalah olahraga prestasi. Tanpa prestasi, anda bukanlah siapa-siapa di olahraga ini. Lalu mengapa keadaan nihil prestasi ini tetap di pertahankan tanpa evaluasi yang jelas terhadap kinerja setiap pengurus induk organisasi seperti PSSI ini?, dan mengapa "mereka-mereka" yang sudah tua itu menjadi penentu nasib sepakbola Indonesia ini?. Bukankah penentu berkibarnya sang Merah Putih di setiap even-even sepakbola di seluruh dunia ini terletak di setiap kaki para pemain timnas kita?. Mereka lebih berjasa pada Merah Putih ini daripada anda, Bung....!!
Pernahkah kita bertanya kepada Firman Utina sebagai Kapten Timnas siapakah yang layak menjadi Ketua Umum PSSI?, atau kepada Ricky Yakoeb sebagai mantan bomber yang diakui di asia ini di masa lalu?, dan haruskah orang-orang tua berperut buncit itu kita biarkan berkoar-koar tentang program perbaikan prestasi sepakbola kita di saat pada kenyataannya kita menyadari bahwa untuk menggerakkan perutnya yang buncit itu saja pun dia sudah tidak mampu?.

Membentuk sebuah komposisi timnas yang solid dan penuh prestasi itu bukanlah perkara mudah. Kita perlu waktu yang lama dalam mematangkan segala potensi yang ada sebelum kita berharap mereka akan berprestasi. Sebagai contoh Boas Sollosa, dengan skil yang dimilikinya seharusnya dia dapat berkompetisi di level yang lebih tinggi dari ISL. Tapi apa yang telah dilakukan PSSI?. Mereka tidak pernah serius mengakomodir bakatnya. Alangkah bodohnya seorang pemain paling berbakat di Indonesia ini mengalami cedera yang cukup parah di usia yang masih sangat mudah. Itulah salah satu contoh kecerobohan PSSI.

Bermimpi mendapatkan 11 orang dengan skil setara Boas adalah sebuah kemustahilan. Mereka perlu dibina dan didukung untuk berkompetisi di level yang sama dengan mereka. Mungkin sekarang Boas merasa bangga sebagai bintang papua, tetapi tidakkah lebih membanggakan jika kita dapat melihat Boas tampil di menit-menit akhir pada sebuah pertandingan Premier League di Inggris, walaupun dia hanya bermain untuk tim gurem sekelas Wigan?.

Peningkatan prestasi Timnas adalah harapan kita semua. Jadi jangan hancurkan impian itu dengan dagelan politik yang tidak berguna. Mari kita contoh UEFA. Mereka memilih Michel Platini sebagai Presiden UEFA karena mereka sadar bahwa Platini lebih tahu banyak tentang sepakbola daripada mereka. Jadi marilah kita kembalikan sepakbola kita ini ketangan yang tepat. Mereka yang telah berpeluh untuk merah putih seharusnya punya hak untuk diutamakan. Tepuk dadamu, apakah dengan politik dan perdebatan diruang rapat dapat menyelesaikan persoalan ini?, Tidak Bung....!! Mari kita selesaikan semuanya di lapangan..!!

BRAVO SEPAKBOLA INDONESIA..................!!



0 Response to "Kisruh PSSI: Mari Kita Selesaikan Di Lapangan............!!"

Post a Comment

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme